Pembicara Komarudin yang juga anggota DPRD Kota Bekasi menyampaikan bahwa saat ini penguasa membatasi ruang perubahan yang tidak signifikan, sedangkan pemilihan milenial berpengaruh dalam pemilu 2024 mendatang, banyak menyiapkan khusus tidak substansial, merupakan celah menjadi pemenang milenial jangan sampai 2024 menjadi kemunduran kelompok milenial,
"Saya berharap Kelompok diskusi mahasiswa harus berjalan sebagai masukkan kepada pemerintah, dan harus berkembang dengan dialog-dialog milenial paham akan politik sehingga menuju Indonesia emas ditangan anak milenial" ujar Komarudin.
Sedangkan Harun mengatakan milenial harus mengambil peran dalam pemilu 2024 pada saat ini paslon no 2 yang mewakili milenial, bisa mewujudkan kepemimpinan berikutnya seorang milenial harus dapat dibuktikan kepedulian pemilu.
Akademisi Unisma Bekasi Dila Novita memaparkan dalam dialog kebangsaan milenial jangan pesimis walaupun kekuasaan dikuasai oleh oligarki, milenial cenderung melek teknologi menerima perbedaan, senang berekspresi dan tidak mau ketinggalan tren, bagimana perserta pemilu harus membuat menarik masagenya dilevel mereka, aprori apatis walaupun alergi politik, nyinyir bosen dengan politik basa basi, mau turun dengan idelisme yang dimiliki.
"Dengan jumlah penduduk Indonesia 204,8 Juta sedangkan 56,4 persen pemilih muda. Apakah mau datang ke TPS,? Belum banyak yang tahu tanggal pemilu harus terus dikampanyekan sehingga generasi milenial tahu tanggal pemilu, karakter pemilih kelompok milenial menginginkan jujur tidak korupsi, rekam jejak penting butuh informasi berprestasi, dipublish isu kesejahteraan masyarakat, bukan janji tapi kepastian sehingga para milenial akan memilih caleg tersebut " pungkasnya.
( ADV )