LAMPUMERAHNEWS.ID - Ikatan Alumni Mahasiswa Shalahuddin Al Ayyubi Jakarta menggelar kegiatan Forum Group Discussion dengan mengusung tema "Politik di Era Digitalisasi".
Diskusi publik tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda untuk berperan sebagai human kritis dalam ranah politik melalui platform-platform digital agar terhindar dari hoax dan melek politik. Kegiatan diskusi itu diadakan dibilangan Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.
Yusuf Hidayatullah, S.Sos (Pengamat Politik) mengatakan. "Peran generasi muda dalam politik sangatlah diperhitungkan sebagai penentu keberhasilan demokrasi.
Menurutnya, di Indonesia sedang menghadapi era bonus demografi dimana usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan usia non-produktif (>65 tahun). Usia produktif menempati presentase 60% dari total seluruh penduduk Indonesia. Seiring berkembangnya teknologi dan pengetahuan, generasi muda disebut sebagai Generasi Z dan Generasi Milenial.
Lebih lanjut, kata Yusuf, Badan Pusat Statistik mendefinisikan Generasi Milenial adalah penduduk Indonesia yang lahir dalam rentang tahun 1981-1996 dan Generasi Z mereka yang lahir pada rentang 1997-2012.
Selain itu, Perkembangan teknologi dan pengetahuan saat ini memberikan dampak yang besar, khususnya dalam bidang politik dan Media sosial, "Media sosial juga merupakan salah satu perkembangan teknologi yang sedang marak digunakan diberbagai kalangan generasi muda hingga lansia saat ini."ujar Yusuf Hidayatullah.
Ia juga menyampaikan, presentasi pengguna internet itu berdasarkan kelompok usia, mayoritas atau 47,64% pengguna internet di Indonesia berasal dari kelompok usia produktif atau pekerja 25 hingga 49 tahun. Kemudian, pengguna internet di dalam Negeri paling banyak pengikutnya yang berasal dari kelompok usia muda atau 19 hingga 24 tahun sebesar 14,69%.
Peran media sosial juga menciptakan pergerakan dan inovasi-inovasi yang mendukung perkembangan bangsa. Media sosial memberikan ruang baru untuk demokrasi politik.
Di Indonesia, demokrasi politik melalui media sosial sudah dilakukan dari pemilihan presiden tahun 2014. Namun, perkembangan teknologi berupa media sosial juga membawa dampak buruk. Maraknya hoax atau informasi palsu bertebaran pada platform-platform digital yang merupakan dampak buruk dari pengunaan media sosial.
"Sebagai generasi muda yang berpotensial, perlu mengakses informasi- informasi dan menanamkan sikap keingintahuan agar tidak mudah tertipu daya oleh berita hoax atau berita palsu,"bebernya.
Sebagai generasi muda, kata Yusuf, harus mampu mengembangkan nalar kritis dalam melibatkan diri pada aktivitas positif seperti mengikuti diskusi publik, membaca buku, mengikuti seminar dan sebagainya, untuk menambah wawasan yang luas.
Selain memaparkan materi mengenai digitalisasi dan perkembangan teknologi. Pemateri juga memaparkan materi politik dinasti.
Ia menjelaskan, Politik dinasti adalah proses mengarahkan regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan tertentu untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan di suatu negara.
Politik dinasti membawa kerugian dan menciderai landasan demokrasi yang sudah ada sejak lama. Seperti yang diketahui dengan adanya capres dan cawapres no urut 2 dimana anak muda sebagai wakil kepala negara merupakan bentuk adanya politik dinasti pada pemilu periode mendatang yang menciderai landasan demokrasi Indonesia.
Sepatutnya tidak menjadikan strata sosial dan keturunan darah biru sebagai tolak ukur penilaian, secara itu semua adalah nilai pendukung yang pengaruhnya tidak begitu berdampak pada perkembangan saat ini khususnya pemuda dan umumnya seluruh rakyat Indonesia.
"Perlu diayomi pemimpin yang visioner dan berpengalaman. Maka dari itu, yang perlu dijadikan suatu penilaian agar sekiranya meminimalisir kecacatan dalam upaya memajukan Bangsa dengan memilih pasangan calon yang hanya mengandalkan popularitas orang tuanya."kata Yusuf.
Di akhir materi, Yusuf menegaskan bahwa Pentingnya melihat latar belakang, jenjang karir dan prestasi sebagai penilaian-penilaian kongkrit guna mendukung kemajuan dan kesejahteraan rakyat khususnya generasi muda.
"Pada pasangan calon presiden nomor urut 3 kita dapati banyak kesan, mengingat pada Ganjar sendiri yang berhasil menjalankan mandatnya sebagai gubernur dengan segala perkembangan Jawa Tengah perlu kita berikan apresiasi tinggi,"cetusnya.
Tak luput pula, kata Yusuf, jenjang karir politik yang mentereng serta tahap kaderisasi yang di tempuh hingga saat ini sehingga tidak pantas disebut sebagai kader mentah dalam dunia politik. Selebihnya, Mahfud MD selaku pasangan duet dalam kontestasi PEMILU mendatang sangatlah cocok mendampingi Ganjar, dengan pandangan dan integritas yang selaras itu sangat potensial untuk menyerap aspirasi anak Bangsa.
"Mahfud yang kompeten dengan segala tempaan yang telah ia rasakan, layak disebut senior ulung yang seyogyanya turut andil secara menyeluruh terhadap memajukan Bangsa dan mensejahterakan rakyat. Maka jelas adanya bahwa Ganjar sangatlah tepat memilih Mahfud sebagai pendampingnya,"ungkapnya.
Diskusi diikuti oleh 40 Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di moderatori oleh Ahmad Arsul Munir. Setelah penyampaian materi oleh pembicara tersebut, diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab oleh mahasiswa.
Terlihat antusiasme peserta dapat dirasakan melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada pembicara dalam sesi tanya jawab.
(Red)