Iklan

Klik Ternak

Aditya Linardo Putra, S.H.,M.H: Seni itu Rasa, dan Politik Dengan Seni Bisa Mewujudkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

lampumerahnews
Kamis, 04 Januari 2024, 23.20 WIB Last Updated 2024-01-04T16:22:29Z


LAMPUMERAHNEWS.ID
- Aditya Linardo Putra, S.H.,M.H lahir di Jakarta pada Tanggal 5 Desember 1989, mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SD Santa Maria selama 6 Tahun, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di sekolah yang sama dan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Tarsisius 1 Jakarta pada Tahun 2007-2009. Menapaki pendidikan yang lebih tinggi, Aditya melanjutkan pendidikan S1 nya di Universitas Tarumanagara 2009-2015 di Fakultas Hukum. 


Kemudian ia melanjutkan kembali pendidikan S2 Magister Hukum di Universitas Mathla’ul Anwar 2018-2020 , tidak cukup sampai di situ, Aditya melanjutkan Pendidikan S3 bidang Doktor Hukum di Universitas Tarumanagara hingga saat ini. 



Dunia pendidikan merupakan hal yang penting untuk seorang Aditya, selain bidang akademik Aditya juga memiliki hobby seni yaitu musik, yang di gelutinya mulai sejak duduk di bangku SMA dengan beraliran Alternative rock, sempat bergabung dalam Band Forthboxx di eranyabyang di produserkan oleh Andre Harihandoyo dan juga Arranger Andreas Arianto. 


Aditya yang berperan sebagai gitaris akhirnya memutuskan untuk solo karier hingga tembus di Aplikasi Musik Spotify. Dalam hobby bermusik Aditya ngefans dengan sejumlah artis penyanyi papan atas seperti Jimmy Hendrix, SRV, Iwan Fals, Rage Against the machine, Erick Jhonson, Joe Satriani, dan Dewa Budjana dari deretan nama-nama ini lah yang menjadi inspirasi bermusik nya. Menurutnya, seni merupakan irama hati yang tak bisa di nilai oleh apapun, karena seni adalah rasa. 


Aditya Linardo memulai dunia politik pada tahun 2018 dengan bergabung di Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai wakil Ketua DPD PSI Jakarta Pusat, saat itu Aditya Linardo Putra, terpanggil untuk masuk ke dalam dunia Politik setelah melihat begitu maraknya Politisasi agama yang terjadi pada pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang menghasilkan dampak mengecewakan bagi sebagian besar orang-orang pada saat itu. Tidak berhenti sebagai wakil ketua DPD PSI Jakarta Pusat.


Aditya sekarang menduduki posisi Kepala Biro Hukum dan Penelitian Perundang-undangan DPW PSI DKI Jakarta, ketua LBH PSI Jakarta, dan beberapa jabatan lain diluar kepartaian seperti, ketua seksi keadilan dan perdamaian paroki Bunda Hati Kudus Kemakmuran, wakil ketua DPD Gerakan Pembumian Pancasila DKI Jakarta, charter membership dari Lions Club Jakarta Jaya Raya. Dan beberapa posisi lain dalam bidang sosial dan kemasyarakatan.


Pesta politik Tahun 2024 Aditya Linardo Putra, S.H.,M.H. maju sebagai calon anggota legislatif DPRD DKI Jakarta dari dapil 2 DKI Jakarta (Cilincing, Koja, Kelapa Gading, Kepulauan Seribu) dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan nomor urut 5 dengan visi misi mendistribusikan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia tanpa memandang kondisi ekonomi, social, ras, agama, dan lain-lain.


Menurut Aditya setiap aspirasi layak untuk disuarakan dengan lantang di Gedung DPRD Jakarta. Tanpa memandang status sosial, ekonomi, mayoritas atau minoritas, agama, dan lain sebagainya. Tujuannya menjadi salah satu kontestan di Pemilihan Umum nanti adalah Politik satu-satunya bidang yang dampaknya bisa lebih luas karena punya kewenangan di segala bidang. 


"Contohnya hak dapat pendidikan, kehidupan yang layak dan distribusi air bersih , karena sampai hari ini Jakarta masih banyak memerlukan air bersih. Sebagai anak muda Aditya sampai kan kenapa Ia memilih Politik sebagai kendaraan nya yaitu menciptakan ruang bebas buat anak-anak muda untuk berekspresi dan berkreasi seperti Taman Suropati pada kala dulu, melihat akhir-akhir ini,"cetusnya.


Banyak fasilitas olahraga hampir di seluruh Jakarta harus bayar sewa bila ingin mempergunakan GOR sebagai wadah menyalurkan hobby dan seni. Menyoroti hal ini Aditya ingin hadir sebagai jembatan untuk generasi muda dan gen z agar tidak hanya sibuk untuk bekerja setelah selesai pendidikan tapi mengembangkan potensi dengan berekspresi dengan leluasa bukan menjadi generasi robot. 


 "Mengapresiasi karya seni itu pake perasaan kalau rasa nya sudah tumbuh di hati masyarakat, baru keadilan itu bisa benar-benar terwujud,"ungkapnya.


(Red)

Komentar

Tampilkan

Terkini