LAMPUMERAHNEWS.ID - Situs napak tilas Kapten Yongker di Marunda Jakarta Utara merupakan situs sejarah seorang pangeran Ahmad Sangaji yang merupakan seorang bangsawan dan seorang pemimpin kelompok pasukan Maluku yang mengabdi kepada VOC. Ia terlibat dalam banyak pertempuran untuk membantu menegakkan kekuasaan VOC di Nusantara. Di akhir hayatnya, ia dikenai tuduhan berbuat makar dan tewas ketika kediamannya diserbu pada tahun 1689.
Jonker dari Manipa (lahir 1620 – meninggal 1689; Belanda: Jonker van Manipa), lebih dikenal sebagai Kapitan Jonker atau yongker.
Saat di kunjungi oleh awak media Hendrik penjaga situs menjelaskan" Situs ini merupakan tapak tilas seorang kapten yongker , dahulu kala di tahun 1620 beliau menapakkan diri nya di sini lalu menghilang dan berubah menjadi seekor burung."jelasnya.
Hendrik pun mengatakan selain situs tapak tilas ada juga sebuah sumur yang berada di sebelah nya.
" Di sini ada sumur yang kapten yongker buat, dulunya sumur ini untuk di pakai mandi dan sebagai nya, sebelum seperti ini kawasan ini dulunya laut lepas, dan berjalannya waktu di buat tembok untuk memisahkan situs dari tempat lain nya, nah untuk meriam peninggalan kapten yongker sudah di pindahkan lebih dulu oleh pemerintah pusat ke kawan kota tua yang sekarang bisa di lihat oleh masyarakat umum. "Katanya lagi.
Selama situs ini di rawat oleh Hendrik mulai tahun 1980 belum ada sentuhan dari pemerintah daerah atau dari stek holder bahkan dari perusahaan-perusahaan besar yang ada di dalam kawasan KBN Marunda, Jakarta Utara.
" Ya sampai saat ini belum tersentuh oleh pemerintah ini kan situs sejarah yang seyogyanya di jaga dan di rawat oleh pemerintah daerah, untuk penerangan nya pun ada warga peziarah yang menyumbang sumber tenaga surya, dulu pernah ada sumbangan dari pemerintah berupa papan nama dan pagar yang mengitari makam itu pun kondisinya sudah tidak bagus lagi. "Katanya.
Sementara itu Paulus peziarah yang kerap datang ke situ Kapten yongker menambahkan" Ya harusnya situs ini di jaga dan di rawat, peran pemerintah sangat di butuhkan, ini merupakan sejarah seorang kapten yongker, sayang sekali kalau tidak ada yang merawat, situs ini kan bisa kita ceritakan ke anak cucu kita nantinya. "Imbuhnya.