Lampumerahnews.id
Jakarta – Penetapan Hari Keris Nasional (HKN) yang jatuh pada tanggal 19 April menuai kritik dari berbagai pihak, terutama dari pelestari dan penggemar keris di Indonesia. Banyak pihak merasa bahwa tanggal tersebut tidak mewakili aspirasi mereka, dan merasa keputusan tersebut diumumkan secara tidak sah dan semena-mena.
Hari Keris Nasional, yang menurut rencana awal seharusnya dirayakan pada 25 November, dipilih setelah Proklamasi Pengakuan UNESCO terhadap keris sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2005. Pengakuan tersebut menjadi tonggak penting dalam upaya pelestarian keris. Namun, penetapan HKN pada 19 April tidak sesuai dengan harapan banyak pihak, termasuk para penggemar dan pelestari keris.(20/4).
Toni Junus, seorang sesepuh dan tokoh penting dalam pelestarian keris, menilai bahwa keputusan ini tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat keris. “Seharusnya, Hari Keris Nasional dirayakan pada 25 November, bertepatan dengan Proklamasi UNESCO. Saya juga termasuk dalam tim proposal saat itu, dan tanggal 25 November menjadi momen penting bagi pelestarian keris,” ungkap Toni.
Toni Junus adalah yang memprakarsai event-event berskala nasional dan internasional seperti pameran Keris For The World 2010. Dan sampai saat ini sudah menerbitkan 54 penghargaan termasuk pelestari Dietrich Dressert, Penembahan Harjonagoro, Sri Lestari Mas Agung, Haryono Guritno dan tokoh-tokoh lain.
Banyak pelestari keris menolak penetapan tanggal tersebut karena, menurut mereka, keputusan ini diambil tanpa melibatkan proses yang jelas. Seharusnya, menurut mereka, Menteri terkait harus mengusulkan tanggal tersebut kepada Sekretariat Negara (Setneg) untuk kemudian diserahkan kepada Presiden, yang merupakan pihak berwenang dalam penetapan dan pengumuman tanggal tersebut.
Selain itu, keberadaan SNKI (Sekretariat Keris Nusantara Indonesia), yang ketuanya adalah Fadli Zon, juga menjadi sorotan. Banyak pihak menilai bahwa keputusan penetapan HKN pada 19 April didasari oleh Kongres pertama SNKI, yang dihadiri oleh sejumlah pihak terkait. Namun, meski SNKI telah melakukan upaya pelestarian keris, 85% dari masyarakat keris menolak keputusan ini. Mereka berpendapat bahwa tanggal yang dipilih tidak sesuai dengan nilai historis dan semangat perjuangan pelestarian keris yang sudah berlangsung sejak 25 November.
Toni Junus menambahkan, “Saya tidak mendukung Hari Keris Nasional yang ditetapkan pada 19 April ini. Pelestarian keris harus memiliki landasan yang kuat, dan tanggal 25 November adalah tanggal yang lebih tepat sebagai momentum penting bagi pelestarian keris,” ungkapnya
Toni Junus turut berjasa besar di perkerisan tapi dirinya tidak pernah diajak berdiskusi tentang tanggal perayaan hari keris Nasional
Seiring dengan penolakan tersebut, Toni Junus juga yang dikenal sebagai salah satu tokoh yang aktif dalam menerbitkan literasi seputar keris. Melalui komunitasnya, ia telah menerbitkan tujuh buku yang memperkenalkan keris kepada masyarakat luas. Kegiatan literasi yang dijalankan Toni menjadi bagian dari upaya membabat alas pelestarian keris, yang kini semakin mendapat perhatian.
Berdasarkan berbagai kritik tersebut, sejumlah pelestari dan penggemar keris berharap agar pemerintah lebih mengedepankan aspirasi masyarakat keris dalam setiap langkah kebijakan yang diambil, dan merayakan Hari Keris Nasional pada tanggal yang lebih sesuai dengan perjuangan pelestarian budaya ini, yaitu 25 November.
(kipray)